The Freedom To Love

9 Film Lokal Terburuk Sepanjang Tahun 2007

Di awal tahun 2008 ini, Indonesia sudah di hajar film-film drama komedi setelah pada tahun 2007 lalu kita hampir setiap minggu disuguhi film bertema horror. Atas dasar itu pula, tim redaksi merangkum beberapa film terburuk Indonesia yang muncul di tahun 2007. Pemilihan ini didasarkan atas selera pribadi masing-masing yang ada dalam tim redaksi dan tentu saja bersifat subyektif. Namun buruk atau tidaknya sebuah film memang bersifat relatif, kita hanya mengharap list ini bakal menjadi sebuah kritik yang membangun perfilman Indonesia dan bukan pengganjal kreativitas pembuat film nasional.

Meskipun film horror begitu banyak diproduksi dan dirilis pada tahun 2007, namun film berjenis drama komedi lah yang justru berjaya pada tahun 2007. Sebagai catatan, film Nagabonar Jadi 2 menjadi primadona film nasional. Film besutan Haji Deddy Mizwar tersebut meraih penghargaan sebagai film terbaik di ajang Festival Film Indonesia dan Festival Film Jakarta. Film ini juga menjadi film terfavorit pilihan masyarakat dalam FFI 2007 yang digelar di Pekan Baru di penghujung tahun 2007. Mungkin ini pula yang menjadi acuan mulai banyaknya film drama komedi yang diproduksi tahun 2008.

Berikut 9 buah film yang masuk dalam daftar film terburuk. Susunan ini disusun secara random.

Djoko (Chief editor)

Title : Miracle

Komen : Tinggal menerjemahkan film bule ke dalam film Indonesia memang gampang mas! Kalau saja sutradara Final Destination tahu, mungkin mereka akan mengajak sutradaranya nonton film bareng kali…awalnya twis-twist yang dibangun lumayan, tapi kenapa endingnya harus ada adegan berantem di kuburan? Makin bikin drop aja!




Aris (Editor)

Title : Maafkan aku menghamili Istri anda

Komen : Dalam film ini, Monty seperti terlalu memaksakan diri jadi sutradara. Menonton film ini mengingatkan saya pada teledrama TVRI tahun 80-an. Malah saya lebih senang menonton film karya anak-anak SMU Sragen yang saya liat di sebuah festival independent beberapa waktu lalu. Tapi menurut saya wajar, karena ini film pertama yang disutradari Monty. Sayang nggak ada kemajuan dari Monty saat mensutradarai film-film berikutnya. Nampaknya Monty memang ditakdirkan jadi penulis scenario handal, bukan sutradara!


Dindhie (Design Graphic)

Title : Cintapuccino

Komen : Saya nggak suka banget sama Miller soalnya dia orang Malaysia. Kalo cari duit di negri sendiri mas. Aktingnya dia merusak film Cintapuccino ini.






Gege (Editor)

Title : Malam Jumat Kliwon

Komen : Sama seperti film horror Indonesia lainnya, saya rasa saya salah membaca genre untuk film ini. Saya yakin genre untuk film ini adalah komedi absurd bukannya horror. Bisa kebayang enggak gimana kagetnya saya begitu tahu bahwa ternyata sang filmmaker juga telah melakukan kesalahan, dia menyangka membuat film horror padahal ketika sedang membuat film komedi ini.


Eka (Design Graphic)

Title : Terowongan Casablanca (Kuntilanak Merah)

Komen : Genre film ini termasuk horor apa Komedi yah? Kesan seram malah tidak tampak ketika tokoh hantu kuntilanak itu muncul, yang ada malah membuat kita tertawa. Hal ini membuat unsur seram yang di tujukan hilang. Dari segi cerita, (yang katanya adalah mengangkat urban legend di Indonesia) sama sekali kurang greget dan tidak nyambung sama sekali.


Eddy (Photographer)

Title : Pocong 3

Komen : Walahh…film ini kayak kemunduran dari sineas kita deh….menurut saya tampilan visualnya masih kayak film jadul, tehnik lightingnya juga seperti anak SMU yang baru belajar membuat film. Ide cerita semakin tidak menarik karena eksekusi dari seorang Monty Tiwa yang membuat film ber-genre horror ini seperti film komedi yang orang awam pun tertawa dengan keseluruhan film ini. Tapi salah satu pemainnya patut dipuji karena tanpa bermain baik pun, Gary Iskak mendapat perhatian yang lebih dari pihak kepolisian kita.


Patrice (Fashion & Beauty Editor)

Title : Leak

Komen : Ditahun 2007, banyak banget film-film horror yang keluar. Setiap bulan selalu ada film horror yang baru. Padahal juga ceritanya nggak beda-beda jauh. Terlalu mengikuti trend, lagi trend film horror semuanya bikin film horror, akhirnya jadi membosankan. Seperti nggak ada film lain yang bisa dibuat, kelihatan tidak kreatifnya karena terlalu ngikut-ngikut. Harusnya berani beda dong.


Naning (Journalist)

Title : Enam

Komen : Ini film sepertinya hanya menghabiskan uang saja. Dari pemilihan pemeran sampai sinematografi film ini tidak bisa dinikmati. Logika bercerita dari film ini juga nyaris tidak ada. Tidak heran kalau film hanya jadi penggembira dari jejeran film horror yang nongol di tahun 2007 dan nggak bertahan lama di bioskop.




Nicko (Journalist)

Title : Kamulah Satu-Satunya

Komen : Banyak scene yang tidak masuk akal. Berikut beberapa di antara-nya :

Saat Didi Petet (sang kakek) berteriak marah-marah kepada Nirina (sang cucu) karena dia sibuk menunggu keputusan pemenang kuis nonton konser Dewa 19 di Jakarta yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV lokal. Sebagai pemilik salah satu rumah makan terlaris, tidak sewajarnya dia melakukan hal tersebut di depan pengunjung. Logikanya kredibilitas dia sebagai juragan patut dipertanyakan. Hal ini jelas mempertaruhkan nama baik rumah makan-nya.

Didi Petet memaki-maki pelayan-nya di depan pelanggan setia restoran-nya. Sesuatu yang sangat tidak pantas dan tak masuk akal. Seperti telah kita ketahui, setiap owner selalu berusaha menutupi kekurangan perusahaan-nya.

Hmmm..Didi Petet lagi-lagi terlihat kikuk karena salah memberikan pesanan tamu. Adegan tersebut sangat memperlihatkan kecerobohan script witer dalam hal mengeksekusi segmen.

Sumber : Arthazona

0 komentar: